Maafkan jika judul di atas terkesan arogan. Sebagaimana sikap arogan yang seringkali digunakan untuk menutupi kelemahan sesungguhnya, judul ini pun sebenarnya juga demikian. Bunyi judulnya seakan menyiratkan keberanian dalam bersaing, untuk menutupi isinya yang cuma mengorek-ngorek kenapa sih rasa takut bersaing ini kok susah bener hilangnya.
Meskipun riwayat perjalanan hidup kita sudah diwarnai persaingan sejak masih tahapan si kecil lincah sel sperma, namun terasa bahwa persaingan bukanlah hal nyaman untuk dilakukan. Kalau bisa dihindari maka lebih dipilih untuk menghindar. Ada aroma yang terdengar kurang nyaman seperti : persaingan memperebutkan kekuasaan, persaingan antar ibu-ibu di kompleks perumahan, persaingan bisnis (lebih enak monopoli kan ?), dan sejenisnya.
Sedemikian tidak nyamannya persaingan bagi sebagian orang, sampai-sampai salah seorang supervisor dalam tim kerja saya pernah menyampaikan keberatan bila dibanding-bandingkan dengan supervisor lain. Dia menyampaikan kepada saya bahwa dia bersedia saya beri tugas seberat apa pun dan akan dilaksanakannya sebaik mungkin asal jangan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Hueleh..hueleh….
Kalau dengar kata dibanding-bandingkan, memang enggak enak terdengarnya. Tapi itulah kuncinya persaingan. Gimana bersaing kalau enggak dibanding-bandingkan ? Namun herannya, ini herannya ya, kebanyakan orang suka menjadi pemenang. Lha dari mana ada pemenang kalau enggak ada proses persaingan, proses membanding-bandingkan.
Nah, menyadari bahwa dalam hidup kita tidak mungkin menghindar dari kondisi persaingan dalam berbagai bentuknya, serta menyadari manfaat positif dari persaingan, maka sudah selayaknya kita mulai membiasakan diri dengan kondisi tersebut. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat menghadapinya, kita perlu melihat lebih jauh apa saja penyebab ketidaknyamanan tersebut. Cekidot !
Identik kekerasan.
Ketidaknyamanan bersaing kemungkinan muncul karena persaingan sering diidentikkan dengan pertempuran, saling kuat-kuatan, saling sikut-sikutan, dan hal-hal berbau kekerasan lainnya. Padahal banyak jenis persaingan justru menjadi hiburan. Berbagai jenis kejuaraan olahraga dan kontes seni yang menjadi hiburan orang seantero jagad itu didasarkan pada konsep persaingan.
Agar terasa lebih nyaman, ada baiknya mengubah sudut pandang agar kesan kekerasannya melembut. Caranya dengan melihat adanya aturan main yang jelas dan fair, yang akan membuat persaingan berjalan secara sehat. Kalau aturannya jelas, saya kira enggak perlu ada kesan kekerasan di dalamnya.
Bersaing untuk rebutan pacar enggak enak terdengarnya kan ? Nah, agar enak maka lihat dulu ada aturan mainnya apa enggak. Kalau belum ada ya dibuat dulu, sepakati dengan rival anda, kalau perlu dengan persetujuan sang pujaan hati. Kalau bukan keganjenan, dijaminlah si dia pasti akan muarahhh besar, hehe…
Takut kalah.
Kalau saya ingat-ingat perasaan saya dulu, ketidaksukaan saya dengan persaingan adalah karena bayangan rasa tidak nyaman saat kalah. Ada ego yang tergerus, ada citra yang tak terjaga. Semacam pamer kebodohan. Daripada ketahuan begoknya, mendingan menjauh dari kancah persaingan.
Yang kurang saya sadari adalah bahwa menghindar dari persaingan telah membuat saya kehilangan momen-momen bergairah dalam memacu peningkatan diri. Kehilangan peluang untuk aktualisasi diri. Saya lebih takut kehilangan citra semu tapi menyia-nyiakan peluang memperoleh citra sejati. Padahal seringkali bukan karena kurang kemampuan, tapi lebih karena kurang pede.
Cara saya mengatasi rasa takut kalah ini adalah dengan menelusur apa saja yang hilang bila saya kalah. Apa saja kerugiannya dan bagaimana cara menyikapinya secara biasa-biasa saja. Tokh, pemenang biasanya hanya satu, yang kalah dijamin banyak temennya. Setelah saya bisa menerima kekalahan dengan nyaman dan wajar, saat itulah saya tahu bahwa saya telah siap untuk bersaing dan siap untuk menang.
Masih ada beberapa penyebab lain sehingga orang menghindari persaingan, seperti perasaan tertekan (stress), dan lain sebagainya. Silakan sobat mencari βhantuβnya masing-masing. Sadari itu dan atasi. Maka sobat akan lebih nyaman menghadapi persaingan. Pacu adrenalin anda, bikin hidup lebih hidup.. !
bales pertamax ok
hwahaha… kok tadi di jalan gak papasan ya…
ikutan sedot pertamax π
mampir lagi nih mas, setelah seminggu ga blogging π
kemana aja…?
kirain blognya udah dikontrakin, hehe….
persaingan untuk menjadi yang pertamax wkwkwk …
yang terakhir kayak iklan aja..bikin hidup lebih hidup..
jadi, persaingan yang sehat bikin lebih hidup dunk ya π
betul…
persaingan sehat lho ya…bukan karena ngegap…hwahaha..(jadi inget lagi..)
Persaingan…. muhun kakupingna teh asa kumahanya? Asa brutal kitu tah Kang. Tapi saleresna mah teu kitu pan, asal persainganana sehat, tur nu dimunculkeunana persaingan kualitas π
Kang abdi jan pelanggan ieu blog nya? Alias janten subscriber, nembe kabujeng, ti kamari mah hilap wae π
sumuhun Kang… da kumaha atuh upami teu dibiasakeun,
dimana-mana oge seueurna persaingan
mangga Kang….
unik, melihat persaingan dengan sudut pandang yang teliti terasa dalam aura tulisan ini.. lembut sekaligus menusuk.
benar juga, sudah saatnya memperlakukan persaingan dalam konteks yang sederhana, realisits dan terfokus pada penungkatan kualitas kedalam. bukan untuk menjatuhkan pesaing.
trims pak Kelana atas motivasi yang mendobrak ini..:D
khususnya bagi yg akan menekuni dunia entrepreneurship, betul-betul harus membiasakan diri mas…
biduk kita akan terdorong maju dibimbing oleh gelombang persaingan
Salam super-
Salam hangat dari pulau Bali-
persaingan adalah,,, bumbu kehidupan,,,,
setuju ???
setuju
kalau kekurangan rasanya cemplang
kalau kebanyakan jadi eneg, hehe…
berani bersaing berarti siap kalah ya pak..
tapi biasanya saya kalau kalah nangis.. hihihihi… (cengeng banget..)..
gpp mas, sambil nangis jalan terus aja…
habis nangis kan biasanya dapet gula-gula kemenangan ….
Kalau inget persaingan, jadi inget jaman SMA saingan buat ngedapetin pacar. Tragisnya, justru semuanya nggak ada yang diterima. Hehehe…
Anyway, teruslah membuat suasana yang bersaing. Karena dalam persaingan itu akan muncul ide-ide baru yang kreatif.
Lagi-lagi, jadi inget saingan waktu rebutin pacar. Di situ ide-ide menulis saya justru ngalir jernih buat bikin sajak dan surat melankolis. Sampai beberapa diantaranya dimuat di majalah remaja Aneka Ria (sekitar tahun 91).
— Mas Kelana, tolong dong informasi alamat suratnya, bukunya mau dikirim nih… —
jangan-jangan mas Budhi jadi jurnalis emang gara-gara itu ya..hehe…
oiya mas, saya kirim via email deh sekarang…
gurakrak !
terus istri yang sekarang, dapetnya darimana mas ???
wah, saya juga lagi bersaing buat dapetin cewek nih… wish me luck ya!! hehehehe …
persaingan yg satu itu emang paling berkesan ya…
good luck deh….
Orang yang takut kalah adalah orang yang belum siap untuk menjadi pemenang. Sedangkan orang yang takut menghadapi persaingan adalah orang yang takut kalah.
Nice share mas π
kalo dlm aljabar pernyataan : A benar B benar, A dan B mempunyai hub sebab akibat
Jadi orang yg takut bersaing belum siap jadi pemenang…sip mas Ricky
Persaingan adalah realita hidup yang tak bisa kita tolak dan elakkan sebenarnya. Terutama di kehidupan sosial kita ya Pak.
Mereka yang takut bersaing mungkin merasa kurang percaya diri dengan kapasitas dirinya. Ini berbahaya jika dipelihara. Sebab secara tidak sadar, kita mungkin memelihara bibit “rendah diri”.
Rendah diri dengan rendah hati kan beda. Kalo rendah hati lebih positif. Namun kalo rendah diri, itu cenderung meremehkan kemampuan diri sendiri.
setuju mas Is…
semoga kita bukan tergolong orang-orang yang demikian ya mas
Dalam sebuah persaingan niscaya ada menang dan kalah. Anggap saja hal itu lumrah. Kalau kalah jangan menyerah. Kalau Menang jangan jumawa.
nasihat yg bagus mas….
menganggap sebagai hal lumrah ini saya kira yang penting
makasih sudah berkunjung
maju terus mas,,,jangan takut bersaing
ditunggu dot comnya hahahha
sip..mas Candra
diupayain segera deh….
Membiasakan diri dalam suasana persaingan membuat mental menjadi juara (siap menang atau kalah)
betul mas Afdil…memang perlu dibiasakan, biar nggak kaget2an
makasih ya udah berkunjung
kalo untuk takut kalah, memang ada, tapi ada saran dari bapak saya…
sarannya begini : ajakin tantangan langsung buat yang diajak tanding, dan aktaak itu dihadapan banyak orang. Nah dengan begitu, mau gak mau, PASTI jadi berusaha kuat dech ! lah gengsi donk kalau kalah !
power of kepepet juga neh….
tapi emang manjur seh….
seperti emas yang dipanaskan dalam tanur tinggi, untuk diuji kadar karat dan kemurniannya…
begitu juga dengan persaingan, membuktikan siapa yang tangguh dan kompeten di bidangnya
salam kenal
wuihh… emas bisa nyambung juga ya dengan persaingan
sip mas….
salam kenal kembali
Gak mau bersaing karena takut ketahuan bodonya. Jujur deh!! rata2 memang hal ini yg membuat takut bersaing secara sehat. Terus akhir2nya main hantam dari belakang. bukankah itu yang sekarang menjadi dilema negeri ini ya pak? bahkan pemimpin2 kita pun spt ini. mereka tkut bersaing secara sehat, biar cepet antem aja dari belakng. cepat tur praktis.
ya…ini yg jadi keprihatinan kita
pasti dulunya enggak terbiasa bersaing secara sehat ya…
kita jangan ikut2an gitu ah… cepet tur praktisnya boleh, tapi caranya jangan
jangan menyerah sebelum perang, betul ?
betul-betul-betul
yaah komengku ditilang…
kalo ga mau bersaing maka buatlah produk yang tidak bisa dibuat orang lain.. betul ? jangan menyerah sebelum perang !
gara2 diliat blognya baru kali……
produk apa kira2 ya Rief… kalo dapet kasih tahu saya ya…
eh, bersaing juga nantinya ya….
[…] tentu saja bukan pencapaian yang hebat. Bila dipandang dari kacamata persaingan memperoleh sesuatu (bila nih ya…), maka dibanding sobat semua ini adalah pencapaian terendah […]
yaps dengan per saingan atau kompetisi menjadikan hidup lebih hidup. saya copi paste yaaaa. bukan saya poskan lagi kok, untuk koleksi pribadi.terima kasih
yap. pas banget ni… hati jdi lebih tenang pas bca tulisannya