Ternyata bukan hanya komentar saja yang bisa nge-junk atau bernada spam, jawaban komentar pun bisa. Contohnya jawaban komentar saya di artikel saya sebelumnya “Sarana Atau Penjara ?” Coba lihat deh ! Tapi suer, bukan maksud saya untuk nge-junk, tapi karena saya berniat menulis topik tentang balasan terhadap komentar di postingan kali ini.
Maksudnya sih biar sekalian bisa dijadikan contoh. Gimana sih rasanya kalau dijawab dengan cara standar begitu. Barangkali saja ada sobat yang memperhatikan. Dan ini respons saya yang sesungguhnya. Saya ulas sedikit komentar sobat sekalian di artikel tersebut.
Kalau di tulisan sebelumnya saya menampilkan kesan saya merasa terpenjara dengan banyaknya ragam sarana yang mendukung kegiatan kita , bukan berarti bahwa saya telah mampu bebas dari semua itu. Atau menganggap semua sarana itu sebagai hal sia-sia. Tidak sama sekali.
Saya hanya mencoba berkontemplasi mencari inspirasi, sebenarnya lebih berkualitas mana, hidup dikelilingi semua sarana itu atau hidup lebih bebas tidak banyak tergantung kepada semua sarana tersebut. Bahkan karena pada kenyataannya hidup di jaman ini amat sulit melepaskan diri dari semua sarana itu, maka saya menganggapnya sebagai suatu kemewahan yang sulit didapat bila bisa bebas darinya.
Dari komentar-komentar sobat yang masuk, saya bisa menyimpulkan bahwa ada sobat yang memanfaatkan secara maksimal sarana-sarana tersebut untuk mendukung aktualisasi diri dan siap dengan konsekuensinya, ada juga yang betul-betul selektif dan seperlunya saja. Saya menyadari bahwa bidang kegiatan seseorang dan pola interaksinya dengan semua sarana tersebut ikut menentukan kesan yang muncul.
Beberapa sobat sudah merasakan beban yang ditimbulkan sarana tersebut. Pada beberapa bidang tugas tertentu dan tingkatan tertentu, hal ini memang bisa terjadi. Sarana yang ada sudah semacam tali kekang yang mengganggu kebebasan dan kenyamanan. Semoga tidak banyak sobat yang mengalami demikian.
Nah, sekarang masuk kepada masalah balasan komentar. Saya termasuk orang yang sangat memperhatikan jawaban pemilik blog terhadap komentar yang saya berikan. Bila jawaban komentar terkirim via email, saya pasti tidak melewatkannya. Sedang bila tidak, maka pada kesempatan saya berkunjung berikutnya, saya selalu menyempatkan diri menengok jawaban terhadap komentar saya.
Dan kalau jawaban komentar nge-junk seperti yang saya contohkan pada artikel sebelum ini, sudah pasti saya kecewa. Terutama bila komentar saya serius dan bukan sekedar basa-basi. Rasanya kok seperti ngomong dicuekin atau dijawab ogah-ogahan. Enggak enak kan ?
Mungkin tiap orang punya pandangan berbeda tentang hubungan silaturahim di dunia maya. Kebetulan saya tidak membedakannya dengan dunia nyata. Meskipun belum pernah kopdar, bahkan berkunjungnya juga kadang-kadang, etika menghargai pembicaraan atau komentar seseorang tetap berlaku. Terlepas apakah jawaban tersebut nantinya dibaca atau tidak oleh yang bersangkutan, rasanya lega bila telah merespons komentar dengan tulus.
Jawaban terhadap komentar bisa diberikan secara proporsional tergantung isi komentar yang muncul. Komentar sekilas atau sapaan bisa dijawab dengan sapaan balik. Sedangkan komentar yang cukup serius mengomentari isi tulisan tentunya perlu ditanggapi secara seimbang. Dan dari sinilah biasanya bisa muncul suatu diskusi yang seru dan gayeng tentang suatu topik.
Memang diskusi seru semacam itu tidak sering terjadi. Blog bertemakan tips blogging, baik teknis aplikasi ataupun masalah materi tulisan, yang biasanya mengundang diskusi serius. Salah satu contohnya adalah saat mas iskandaria menulis tentang Cara Menghilangkan Atribut Title Pada Judul Posting WordPress.
Bagaimana dengan Anda ? Apakah anda serius menjawab komentar-komentar yang muncul di blog anda ? Apakah anda membaca jawaban saya terhadap komentar anda ? Jika berkenan, silakan sampaikan di kotak komentar.
Komentar bukan sekedar menulis kalimat dan meninggalkan jejak. Lebih dari itu akan menunjukkan branding kita sebenarnya bagaimana.
Betul mas. Yang pasti karakter kita terbaca disana, terlepas itu karakter asli atau persepsi yang sengaja dibentuk.
Komeng itu kan pesan tamu mas, jadi ibarat blog ini rumah kita, si komeng adalah tamu kita, kalau si tamu uluk salam misalkan, masak kita diamkan. Kalawo kita baru punya satu blog, lebih baik dibalas semuwa mas, tapi kalawo kita banyak blog, mangga kersa, atawa, jika tamu kita sudah banyak dan kewalahan untuk menjawab, nggak usah. 😆 Itu nyang aku lakukan sejak pertamax ngeblog Juli 08.
berarti sebaiknya jangan punya blog banyak-banyak ya mas, agar jangan sampai ada uluk salam tamu yang didiamkan. Atau lebih baik lagi, pasang pengumuman permintaan maaf tidak bisa menjawab semua komentar, bila jumlah komentarnya sudah membuat kewalahan. Bisa begitu kan ya ?
Komentar itu penting sekali kak, jadi lebih baik dibalas dan dijawab.
Betul dik, makanya saya selalu menjawab komentar. Apalagi jumlahnya juga nggak terlalu banyak kok…
Bagi saya, komentar itu ibarat kita kedatangan rejeki mas, jadi akan lebih baik jika kita sanggup ya dijawab, jika tidak ya silakan.
Saya pilih menjawab, biar rejekinya datang terus
kalau saya sih mencoba untuk serius menanggapi namun kalau gak ngerti ya mungkin saya coba pahamin lagi baru setelah mengerti saya kasih komen.
Itu upaya yang betul-betul serius mas Joe, bentuk penghargaan yang nyata buat pemberi komentar. Saya pun berusaha demikian mas…
Kalo komentarnya serius lia mencoba menanggapi serius..
kadang ada yang bercanda juga..
Apapun itu lia mencoba membalasnya pak.. karena komentar itu berarti mereka juga menilai tulsan kita 🙂
penyesuaian seperti itu mungkin yang membuat suasana jadi hidup ya Lia…. serius ok bercanda pun ok
heheheh iya pak…
menyesuaikan itu harus 😀
isi komen biasanya sih :
1. ulas artikel dari sudut pandang yg lain
2. mempertajam artikel
3. meminta penjelasan
4. ucapan terimakasih
5. meminta kunjungan balik
6. basa-basi
Apapun komennya, itulah arti kebebasan utk blogger, sebaiknya tetap dijawab, kalaupun itu junk, resikonya ada di pihak komentator.
makasih formulasinya Kang. Tiga yang pertama itulah komentar yang mengarah ke artikel, tiga berikutnya relationship.
Komentar junk beresiko pada komentator itu cocok dengan komentar mas Agus Siswoyo tentang branding. Saya setuju.
Komentar yang membangun buat saya amat penting Kang!
Baik rasanya lezat ataupun pedas, bagi saya yang penting efeknya untuk kebaikan, tentu saya harapkan komentar itu 🙂
Terus jawaban komentarnya penting apa enggak Kang ?
kalo di blog yang belum merasa dekat, saya akan lebih baik memilih untuk tidak berkomentar apabila saya rasa komentar saya tidaklah bermutu.
tapi apabila merasa dekat, saya akan tetap berkomentar yang ngajak ngelucu..
nah kalo saya sama mas,,, masih agak segan…soalnya bahasannya mantep-mantep, jadinya keseringan gak komentar, hanya membaca dan menyimak dan dimasukkan ke dalam hati dan otak.
pertimbangan relationship kelihatannya besar pengaruhnya buat mas Khalid dalam berkomentar. Selain itu juga menganut prinsip “beri komentar bila perlu dan paham”.
Gitu ya mas..?
Saya biasanya akan mengecek respon si pemilik blog jika komentar yang saya berikan agak serius atau berupa tambahan wacana. Jika cuma berupa guyonan, biasanya saya abaikan (tidak saya periksa). Tapi saya tetap menghargai jika komentar serius saya tersebut tidak direspon. Mungkin saja ia bingung mau menanggapinya. Kecuali kalau komentar saya ada pertanyaan buatnya. Nah, kalo masih dicuekin juga, baru saya agak kesel..hehehe
Oya, belakangan ini saya sepertinya terserang penyakit malas untuk merespon komentar yang masuk. Trims sudah kembali mengingatkan Pak. Dan makasih buat backlinknya.
iya mas, skrg sepertinya lagi jenuh yah menanggapi komentar? atau sedang mencari formula yang lebih enjoy?
Sedang mencari formula baru yang lebih enjoy mas, terutama untuk komentar-komentar tertentu. Kalo komentar berbobot tetap akan saya tanggapi secara proporsional kok.
Hampir saja saya meragukan tulisan saya, apakah tidak salah saya menulisnya. Komentar mas Is menghapus keraguan saya, karena ini respons yang saya harapkan. Tandanya tulisan saya masih bisa dimengerti, setidaknya ada yang menangkap dengan benar.
Ini salah satu manfaatnya bila ada komentar mengarah artikel, bisa menjadi feedback bagi penulis.
Jujur saja mas, saya memang agak ragu apakah jawaban komentar itu dibaca oleh pengomentar. Kadang ragu juga apa ada gunanya menjawab komentar dgn serius. Tapi hingga saat ini saya selalu serius dalam menjawab komentar. Tentu saja disesuaikan dengan karakter komentar.
Saya barusan ngecek semua respon Pak Kelana atas postingan Saran atau Penjara itu. Ternyata sama persis ya model ngeresponnya..hahahaa. Lagi kurang mood ya kayaknya waktu itu Pak? Gak papa, sebagai pembelajaran saja, bahwa respon yang sama atas semua komentar memang terkesan kurang menghargai macam-macam jenis komentar yang masuk. Terkesan seperti robot tak bernyawa jadinya (ketika semua komentar dibalas dengan jawaban yang sama) 🙂
sengaja buat contoh kasus mas…..
tapi saya juga baru tahu, kalau isinya sama persis ternyata ditolak. Dibedakan satu kata, ternyata sudah dianggap berbeda dan diterima.
lagi-lagi karakter akan memainkan peranan penting dalam menjawab komentar. ada yg serius lucu dan sebagainya.
buat saya, menjawab komentar itu perlu. prinsipnya sama dengan sambutan. jika orang datang kepada kita ditanggapi sepintas lalu dan tidak sesuai dengan apa yang dia omonging. itu sama saja kita tidak menghargainya.
makanya, jawaban2 komentar di blog saya cenderung panjang. sebab saya ingin menambah dan mempertajam. selain itu juga ingin menanggapi secara proporsional, apa yang pengunjung tanggapi.
lain soal kalau saya sedang sakit 😀
kalau mas Fadly merasa penting untuk menjawab komentar, berarti mas Fadly merasa penting juga kan komentar mas saya jawab ?
Kadang ada juga orang yang amat peduli untuk menjawab komentar orang, tapi tidak peduli apakah komentarnya ditanggapi atau tidak.
btw, kalau lagi sakit mah perkecualian mas
Ya tergantung jga bos, jika komentar itu bertanya atau komentar yang sekiranya dijawab
Ya sebaiknya d’jawab
tapi jika tidak Y gak usah gak dijawab
masuk akal juga, yang dijawab adalah pertanyaan. Kalau bukan pertanyaan bisa saja tidak dijawab.
Kalau saja bentuknya pertemuan face to face, saya bisa menggunakan mimik muka atau gerak tubuh saja untuk menyatakan bahwa saya menangkap komentarnya. Berhubung ini komunikasi tulisan, saya merasa lebih afdol jika respons saya berwujud kata-kata.
kalo saya sih mas sesuai dari isi dari pemberi komeng kalo isinya berbobot dengan senang hati saya membalasnya tapi kalo isinya juga males”an dan a;a kadarnya ya saya juga seperti itu…. 😆
cukup adil mas Eko, kalau istilah neraca berarti balans
[SERIOUS] Ada 5 self-linking (jika saya tidak salah hitung) ke halaman yang ini-ini juga–yang sedang saya baca–yang sudah terbuka ini. Apa maksudnya? Mengecoh pengguna? Apakah memang ada anjuran seperti itu?
Betul ada 5 mas. Maksudnya saya juga nggak tahu tuh ! Saya hanya ikut-ikutan para juara SEO, mungkin biar mudah ditemukan pembaca.
Salah ya mas ? Tolong dong mas Dani berikan pencerahan biar enggak salah terus.
Hihihi saya juga ngga ngerti dasar hukumnya apa kalo memang SEO. 🙂
Saya langganan komentar di topik ini via surel, jadi saya tertarik dengan diskusinya. Dan menganggap penting respon pengomentar lain dan penulis. Ada saatnya nanti saya unsubscribe, jika diskusi mulai keluar jalur. 🙂
silakan mas, hasil risetnya bagi-bagi ya……
Apapun bentuk komentarnya, Saya akan mencoba menghargainya karena suudah mampir..
Kalau kometarrnya serius, Saya juga akan memberi jawaban serius..
Kalau hanya sekedar menyapa.. Sayapun juga akan menyapa.. 🙂
prinsip keseimbangan yang cukup adil
aman mas….
saya berusaha selalu serius menanggapi komentar yang masuk di blog saya, tapi saya sering bumbui dengan kata2 humor…apakah ini termasuk ngejunk komentar mas?
menurut saya itu bukan ngejunk mas Ahmad, tapi ngejus….. suegerrr jadinya
asal tepat porsinya saja