Saya rasa sobat semua setuju dengan pendapat saya bahwa “melakukan” atau “praktek langsung” akan memiliki nilai pemahaman lebih baik dibanding sekedar mendengar atau membaca. Bahkan saya pernah suatu kali merasa sangat yakin sudah memahami lengkap lewat mendengar dan membaca, eh ternyata setelah mempraktekkannya tetap ada tambahan pemahaman yang tidak saya duga. Mungkin pembaca sekalian pernah mengalami hal yang sama.
Meskipun sudah menyadari hal di atas, kadang sifat keras kepala saya masih juga muncul. Saya enggan menyisihkan waktu untuk mempraktekkan ilmu yang baru saya baca. Merasa sudah cukup paham, mencobanya nanti saja jika sudah betul-betul perlu.
Akibat sikap saya tersebut, kadang saya mengalami kejutan tidak perlu. Hal-hal yang saya anggap sudah jelas ternyata memunculkan permasalahan yang baru bisa diketahui dan dirasakan setelah mempraktekkannya. Bayangkan bila hal itu terjadi dalam kondisi waktu yang mepet. Deg-deg plass !
Bukan cuma masalah kejutan tak terduga, banyak hal lain yang menunjukkan kelebihan dari praktek langsung. Saya akan menunjukkan beberapa pengalaman yang saya alami, mudah-mudahan bisa menginspirasi pembaca.
Pengoperasian Peralatan.
Sewaktu masih bekerja di bagian teknik, jika perusahaan memiliki peralatan baru biasanya kami dipanggil pelatihan operasi dan maintenance-nya. Setelah menerima teori, pelatihan dilanjutkan dengan praktek di ruang khusus (laboratorium). Sesi ini saya paling males mengikutinya.
Selain karena AC-nya yang dingin, dari teori yang disampaikan saya merasa sudah menangkap apa maunya peralatan ini. Biarlah prakteknya sekalian di lokasi kerja saja. Makanya saya hanya setor muka sebentar di lab, lalu nongkrong di luar merokok.
Setelah kembali ke lokasi kerja, saat peralatan datang maka menjadi tanggung jawab saya untuk mengoperasikannya. Nah, disinilah seringnya muncul hal-hal yang dii luar manual book yang membuat saya bingung. Rekan sepelatihan yang mengikuti praktek umumnya lancar-lancar saja menjalankannya. Mengapa ? Karena selalu saja ada detil-detil yang tidak selalu tertulis tapi diketahui saat praktek.
Mempelajari manajemen keuangan bisnis.
Meskipun kuliah di jurusan teknik, saya mendapat juga beberapa mata kuliah manajemen perusahaan, termasuk akuntansi manajerial dan sedikit ilmu keuangan. Saya merasa cukup memahaminya dan merasa pede akan mampu menerapkannya bila kelak diberi tanggung jawab mengelola perusahaan atau bisnis. Dan akhirnya kesempatan itu datang.
Saya ditunjuk menjadi Pengurus Koperasi Kantor dan mempunyai misi membenahi manajemennya. Dengan bidang usaha yang lumayan beragam, ternyata sistem manajemen keuangannya rumit juga. Apa yang pernah saya pelajari ternyata hanya sepersekiannya saja. Bahkan hal yang saya anggap paling paham pun menjadi berbeda dalam praktek sesungguhnya.
Disinilah saya betul-betul memahami bahwa apa yang kita dengar dan baca, apa yang kita pelajari secara teori, seringkali sudah mengalami banyak penyederhanaan. Di alam nyata sangat berbeda variasinya. Dan banyak pemahaman yang tadinya masih mengambang mendapatkan pijakan sesungguhnya.
Perjaka Tua Di Halaman Rumah.
Kisah yang ini penting bagi anda yang belum juga berani menikah. Sewaktu saya dan istri jalan-jalan melintasi rumah seorang tetangga yang perjaka tua, pemilik rumah tampak sedang asyik mengurus halamannya. Iseng saya komentari secara guyon, “ Mas, mengurus halaman enaknya bersama istri. Pasti tanaman lebih subur”. Yang dikomentari senyum kecut menjawab, “ Enggak ada di teori itu Mas !”.
Selang beberapa bulan, sang perjaka telah menikah. Ketika saya melintas, kebetulan dia sedang di halaman bersama istrinya. Dia tertawa melambai, membuat saya tergerak bertanya, “ Gimana Mas, ada bedanya ?” Dia tergelak, “ Nyata bedanya, Mas! Rumputnya lebih segar !”
Nah, kalau sobat pembaca punya pengalaman serupa, silakan dishare di kotak komentar.
Awwalan dulu Kang
mangga Kang, nulis nu bener teh dabel-w kitu ?
Bener banget Kang, memang pengalaman lebih terasa daripada sekedar teori. Di otak pun melekat lebih ketat.
===
Bahkan dalam banyak kasus, seringkali pengalaman dalam praktek tertuang menjadi sebuah teori
“pengalaman dalam praktek tertuang menjadi sebuah teori”
hm… ini sudah tingkat expert jigana Kang
Bener sekali kang. Teori harus di praktekkan dan praktek lgsung lebih nyata hasilnya.
Akan tetapi kalau mengeksekusi dilapangan terjadi kendala. Teori jadi sangat berguna
yap, itu memang kombinasi yg sangat efektif, teori dan praktek saling berdampingan dan beriringan.
kalo pengalaman bisnis ptr saya mas mengatakan :
” dengan action malahan hal-hal yang tadinya ditakutkan tidak terjadi atau bahkan malah ketemu solusinya dengan jalan yang tidak diduga-diduga ”
kebanyakan mikir dan menambah trus pengetahuan malahan jadi garing mas !
hehehe…emang gitu mas. Saya kalo mikir udah mentok, cari solusinya ya lewat praktek. Seringkali hal2 yg masih remang2 justru menjadi jelas disana.
Akur bangets.
makanya nurut apa kata ortu biar selamat jalannya
sukses mas
huehehe… betul betul betul
wah.. kalau saya abis baca prakteknya nanti malah ndak jadi pak.. lawong baca sambil praktek saja masih sering lupa.. apalagi nunggu nanti..hehe..
ya udah, tembak praktek langsung aja Nang… dan rasakan bedanya !
Saya sendiri sering melakukannya. BACA => PRAKTEK, inilah yang sering menginspirasi saya untuk melakukan hal-hal baru.
thanks
setuju mas Ismail, itu langkah yg efisien dan efektif.
teori dan praktek bagai lingkaran yang dinamis bisa mengecil dan membesar.
teori-teori terdahulu mungkin masih ada yang relevan dengan praktek hari ini, tetapi scopenya makin kecil dengan perkembangan saat ini.
Jadi menyeimbangkan antara laju teori dan praktek adalah lebih penting daripada penguasaan teori keseluruhannya.
[…] Nah, di tahap mencoba ini, saya tidak ingin kebanyakan berteori. Lakukan saja dan rasakan bedanya ! […]