Setiap orang mestinya memiliki setidaknya satu titik balik dalam hidupnya. Apa pun bentuknya. Satu kondisi, peristiwa, atau pun perubahan pemikiran, yang membuat hidupnya berubah. Perubahan ini bisa ekstrim, bisa juga tidak terlalu ekstrim, tapi mestinya bukan perubahan yang biasa-biasa saja dan sering terjadi. Pada beberapa orang, titik balik ini bahkan sedemikian ekstrim yang mengubah total arah kehidupan mereka.
Titik balik pertama dalam hidup saya terjadi bertahun-tahun yang lalu. Satu peristiwa yang menghancurkan kebanggaan saya, menghancurkan perfectionisme saya, namun justru membuat langkah saya menjadi lebih lepas dan ringan. Sebelumnya saya cenderung perfectionis, kesalahan/kegagalan merupakan aib, tidak suka menghadapi situasi persaingan, memiliki banyak kebanggaan yang harus dijaga (jaim), terlalu hati-hati,dan menghindar jauh dari hal-hal berbau resiko.
Setelah titik balik tersebut, saya memandang persaingan hanya sebagai obat penambah gairah, salah/gagal bukan hal memalukan dan berusaha belajar darinya, jaim ke laut aja, lebih berani mencoba, kadang merasa suatu sensasi saat nyerempet-nyerempet resiko, dan bisa lebih santai memandang permasalahan. Dan yang terjadi memang proses mental. Digerakkan oleh dentuman cukup besar (bukan big bang ya..) yang menggoyahkan sendi-sendi keseimbangan hidup saya.
Orang tidak takut atau malu terlihat ’bagian-bagian tubuhnya’ bila dia sudah terbiasa dalam posisi ’telanjang’. Orang tidak takut akan jatuh ke jurang kalau dia sudah berada di dasar jurang atau pernah di dasar jurang. Orang menjadi berkurang takutnya saat tergelincir, bila dia pernah tergelincir dan ternyata masih memiliki sisa kemampuan untuk bangkit.
Sayangnya, tidak semua orang selalu dalam kondisi siap menghadapi hal tersebut. Seringnya malah tidak siap karena titik balik biasanya bukan momen atau peristiwa yang direncanakan. Dan jangan lupa, titik balik tidak selalu mengarah kepada keadaan yang lebih baik. Bisa saja lebih buruk. Disinilah diperlukan kemampuan menyadari datangnya kondisi tersebut, menerima dengan ikhlas, dan selanjutnya mengambil manfaat darinya.
Kemampuan menerima dengan ikhlas merupakan kuncinya. Bahkan bila titik balik tersebut merupakan hal yang membahagiakan. Karena hanya dengan ini permasalahan dapat diterawang dengan jelas dan langkah ke depan direncanakan dengan tepat. Tidak dipenuhi oleh rasa amarah dan penasaran, tidak juga dibuai oleh nyanyian mabuk kemenangan. Atau malah protes karena bukan cara ini yang sebenarnya diinginkan.
Menerima dengan ikhlas, hmm… mudah diucapkan tapi amat tidak mudah melakukannya. Namun ini suatu keharusan. Tidak mengapa jika anda membutuhkan waktu untuk mencapai rasa ini. Setidaknya anda sudah melewati tahapan yang benar. Tinggal selanjutnya bagaimana merajut langkah ke depan dengan mindset yang baru dan kemungkinan arah yang baru pula.
Bagaimana bila suatu titik balik direncanakan ? Ikuti postingan berikutnya !
insya allah
purwati
http://purwatiwidiastuti.wordpress.com
http://purwati-ningyogya.blogspot.com
http://purwatining.multiply.com
Makasih atas kunjungannya. Semoga sukses selalu !
makasih kunjungannya mas,
hmmmm jadi penasaran kejadian apa si yang menjadi momentum dari titik balik dirimu???
Ada banyak orang yang sulit berubah, selalu kembali dalam keadaan default mereka. contoh misalnya si kaya.. tiba2 jatuh bangkrut dan terlilit hutang. dalam keadaan terpuruk, ia memang berubah merasa menemukan titik balik, namun ketika kekayaan dan kejayaannya kembali, yah.. balik lagi deh ke sikap hedonis, egois, matrialist seperti awal. bahkan mendendam orang2 yang menyepelekannya ketika dia jatuh.
Beruntunglah orang2 yng bisa benar2 berubah..
Wah, arsipnya blum cukup umur tuk dibuka, Bu.
Kayaknya si kaya itu perlu diberi ‘bang’ yg betul-betul ‘big’.
thanks mas… atas kunjungannya… kunjungan balik nih mas…
Trima kasih kembali mas Wahyudi
titik balik saya waktu itu pada saat saya ikut MLM dan sering-sering menghadiri seminar-seminar motivasi…
sering kali titik balik itu terpengaruh dari lingkungan luar. itulah kenapa siapapun orang yang ingin merubah dirinya, membuka dirilah dengan bergabung dengan komunitas2 positif. bagaiaman menurut anda mas ?
Salam kenal mas
Salam Kreatif,
Octa Dwinanda
Betul sekali mas Octa (saya juga pernah ikut MLM lho…). Komunitas positif akan menghargai apa yang kita lakukan dengan baik, dan akan mengingatkan kita bila yang kita lakukan kurang baik.
[…] Barangkali saja itu bisa menambah ketahanan dan kegigihan kita dalam melaluinya. Layaknya sedang berakting dan sadar bahwa kelak hasilnya akan bisa dikenang, bahkan dipertujukkan. Tentunya semua potensi akan dikerahkan, bahkan tenaga dalam simpanan juga bisa terbangkitkan. Coba, deh ! . . . Baca juga : Belajar Menikmati Hari Ini Seberapa Berubahkah Anda ? Titik Balik Kehidupan […]