Kemarin pagi saya menegur anak bungsu saya karena kamarnya berantakan. Buku-buku dan mainan berserakan, bantal-guling dan selimut centang perenang enggak keruan letaknya. Selanjutnya meskipun tampak dengan berat hati dan terburu-buru, ia bereskan juga kamarnya. Kecuali satu yang tetap ngelumpruk tidak dibereskan, yaitu dua helai selimut.
Saat saya tanya kenapa selimutnya enggak sekalian dilipat, dia bilang kalau selimut susah bila dilipat seorang diri. Mendengar itu, saya tidak berkata lagi. Saya tahu bahwa memang tidak mudah buatnya melipat selimut. Selama ini biasanya dia dibantu mamanya atau pun kakaknya.
Saya gandeng dia ke kamarnya, sambil berkata : “ Lihat Fif, papa akan melipat selimut kamu. Afif lihat ya !” Lalu saya pun melipat salah satu selimut, tapi hanya menggunakan satu tangan, tangan kiri. Asli susah, maka hasilnya pun jauh dari rapi, namun sudah terlipat. Setelah itu barulah saya berbicara lagi kepadanya.
“ Nah, tadi Afif lihat kan, susah sekali papa melipat hanya dengan tangan kiri. Tapi terlipat juga kan ? Susah bukan berarti enggak bisa dilakukan, sekarang coba lipat selimut yang satu lagi !” Dengan wajah kurang yakin, anak saya tersebut melakukan permintaan saya. Beberapa detil yang membuat dia kesulitan melipat, dilakukannya dengan mencontoh cara saya tadi.
Akhirnya selimut terlipat, dan lebih rapi dibanding lipatan saya. Dia tersenyum malu, dan saya tidak membuang kesempatan untuk ngobrol dengannya, selagi masih hangat. “ Afif tadi merasa enggak bisa pasti karena membayangkan itu susah dan Afif enggak mau cari akal mencobanya. Iya kan ?”
Anak saya mengangguk, tapi membela diri.” Tapi dulu kan Afif pernah coba dan enggak bisa, terus dibantu mama..! “ Saya pun menjawab pembelaannya,” Dulunya kapan ? Udah lama sekali kan ? Sekarang tangan Afif udah lebih panjang dan kuat, dan ternyata udah berbeda dengan dulu kan ?”
Itulah momen singkat namun berharga dengan anak bungsu saya. Saya tuliskan disini karena ada sesuatu yang berharga yang saya anggap perlu di share ke sobat sekalian. Sesuatu yang bersemayam di pikiran kita tanpa kita sadari, muncul kembali ke permukaan saat kita menghadapi kasus yang mirip atau serupa.
Pikiran merekam dan menanam dalam ingatan tentang sesuatu. Baik berdasarkan pengalaman atau sekedar menyimpulkan dari yang dilihat. Pada saat menjumpai kasus serupa, langsung disimpulkan berdasarkan ingatan tsb. Seringkali kita mengabaikan upaya melihat kemungkinan lain dan mencoba berkreasi. Apalagi kalau rasa malas ikut bermain di dalamnya.
Kita seperti terbelenggu oleh kesimpulan masa lalu. Terbawa terus tanpa kita sadari. Padahal situasi telah berubah, kemampuan kita pun berubah. Akhirnya fakta usang serta tidak akurat tersebut ikut berperan dalam menyimpulkan dan mengambil keputusan tindakan. Sangat disayangkan bukan bila terjadi demikian ?
Satu kali, belenggu pikiran ini pernah mengganjal saya pada satu peluang bisnis. Suatu proyek pembangunan pabrik di kawasan pinggiran timur Jakarta meminta kiriman tanah merah. Serta merta tanpa diteliti lebih jauh, tim bisnis saya menolak permintaan tersebut. Padahal harganya bagus.
Alasan penolakan adalah pengalaman pahit menggarap pengiriman ke wilayah tersebut dua tahun yang lalu, dimana biaya operasionalnya sangat tinggi dan enggak ada untungnya. Tapi tim saya lupa bahwa dua tahun cukup lama untuk mengubah situasi. Karena pesatnya pembangunan di wilayah tersebut, banyak dukungan infrastruktur sudah amat kondusif untuk pengiriman kesana. Hilang deh peluang !
Nah, dalam keseharian anda bekerja atau berbisnis, pernahkah anda mengalami kondisi tersebut ?? Silakan sobat sharingkan di komentar !
.
.
.
Kata kunci menemukan artikel ini :
berbisik sesuatu dalam hati
dengan pikiran
hati-hati dengan pikiran
hati, perasaan, pikiran
mana duluan hati atau pikiran
perbedaan pikiran dan ingatan
melipat selimut
saya dah lupa pernah pertamax disini gak ya
kesibukan offlinenya pasti lumayan berat ya mas, sampai mengaburkan ingatan di dunia online…hehehe
bukan raja pertamax kalo enggak pernah…
pingin hasil positif, berusahalah senantiasa berpikir positif
ya sih…., tapi pikiran bawah sadar tuh seringnya memang di bawah sadar mas…
sampe gak sadar kalo dah berpikiran negatif
2 kali komengku di tangkep aki ismet mas
si aki sampe pangling tuh mas
betul sekali pak….
pikiran kita lah yg kadang membuat kita seolah2 tidak mampu..
banyak sekali mindset seprti ini dalam dunia kerja..
banyak yg takut dipromosikan (terutama pekerjaan non skill) krn merasa gak mampu duluan.. 🙂 .. padahal mau berhasil kan hrs dicoba dulu 🙂
itulah yg kdg susah buat saya pak buat mentraining.. hehehe
salam pak buat Afif…
(klo abah saya mana mau ngajarin..bisa hrs bisa.. hikss hikss )
bagus sekali Lia banyak menangani orang…ini ketrampilan yg penting untuk ke depan, baik dalam bisnis maupun kerja
anggap aja sedang berinvestasi….
salamnya udah disampaikan, Afif tertawa malu….
Aplikatif Kang, dari hal kecil bisa diterapkan dalam hal yang lebih besar. Saya sendiri belum bisa melatih pemikiran seperti itu 😀
O..itu sih karena saya memang siswa dari sekolah kehidupan. Saya lihat Akang juga gitu kok….
Memang mas sesuatu kebiasaan itu berawal dari dalam rumah. jadi inget dulu bapak saya sering sekali memarahi saya karena suka banget kalau maen lupa waktu, alahasil tiap sore saya dimarahi dan gak kapok2nya juga deh. memang dulu saya berpikir kejam sekali bapak ku ini. Namun lambat laun saya semakin dewasa dan saya ingat bahwa semua pesan dan nasehat orang tua itu semua akan kita rasaiin saat kita jauh dari orang tua.
Kita harus membiasakan sesuatuhal yang baik berawal dari dalam rumah.
Sukses selalu dan tetap sabar dalam membimbing anak2 kita
kesadaran manfaat pendidikan ortu seperti yg mas Joe alami betul adanya, apalagi jika kelak sudah punya anak.
Tapi siklus selalu berulang, kelak kita pun menemui kendala meyakinkan anak-anak kita.
Upaya kreatif dan tidak mudah menyerah diperlukan disini agar bisa seperti kesimpulan mas, yaitu kita harus membiasakan sesuatu hal yang baik berawal dari dalam rumah
ayah yang baik selalu menjadi panutan anak-anaknya.. salut oom!
betul gan, kita semua berusaha ke arah sana kan ?
makasih udah mampir
wah,, ini cara yangpaling efektif mas..
terkadang pikiran kita hanya membelenggu kita dari kemungkinan berkreasi..
tapi pikiran positif juga harus selalu ada dalam setiap sel otak kita ya…
cocok mas Andry…
selalu waspada dari belenggu pikiran dan selalu ingat utk berpikir positif setiap waktu
luar biasa…. pingin jadi anaknya… wkwkwkwkw
boleh mas…. berarti tinggal nyari yg mau jadi ibunya anak-anak…hwakhakhak
cara mendidik anak yang inspiratif. bakal saya contoh nih untuk mendidik anak saya….
memang kebanyakan apa yang kita lakukan atau putuskan berdasarkan perasaan/pikiran alam bawah sadar. perasaan/pikiran alam bawah sadar terbentuk dari apa yang sering kita lihat atau kita dengar. Maka, hati-hatilah dengan apa yang didengar dan dilihat….
Salam Kreatif,
Octa Dwinanda
solusi yg bagus mas Octa…
karena tidak mudah mengendalikan pikiran bawah sadar, sebaiknya berhati2 terhadap yg kita lihat dan dengar….
semoga berhasil mas…
hmm… perlu ditiru nih pak.
mendidik anak memang butuh kesabaran dan kecerdasan. bagaimana trik agar nilai-nilai positif dan pembelajaran bisa diserap dengan efektif.
saya suka mengajarkan kemandirian pada anak saya pak. apapun itu, apalagi menyangkut keberanian. saya merasa punya beban jika mereka tidak percaya diri. dan saya cenderung tegas dalam menerapkannya..
bagus sekali upaya mas Fadly utk melatih kemandirian…
selama ini saya sebenarnya tidak cukup intens mengikuti perkembangan anak, lebih banyak ibunya…
namun pada kasus2 dimana akan mempengaruhi pembentukan karakter dan pola pikir mereka, saya berusaha memberikan upaya ekstra
Pikiran dapat mengendalikan seratus persen langkah. Sudah sepatutnya kita tata ulang mindset masing-masing.
betul mas Agus…. secara berkala kita memang perlu melakukannya, apalagi saat sekarang ini banyak hal cepat usang
Mau dong saya jadi anak asuhnya.
lho bukannya selama ini malah saya yg dalam “asuhan” sampeyan…?
wah, saya malu nih harus mengajar sosok senior berpengalaman seperti Bapak…
sama-sama belajar aja deh…
nampaknya pengalaman bapak ini akan saya jadikan pelajaran pak.. tapi tidak hanya dalam bidang bisnis dalam keseharian pun juga perlu nih..
makasih pak..
justru dalam keseharian hal itu banyak terjadi Nang….
waspadalah…waspadalah…..
sama-sama belajar ya pa Heri, anak belajar untuk menjadi anak yang lebih dewasa… dan bapaknya belajar untuk menjadi bapak yang lebih mengerti anaknya yang tumbuh dewasa…
betul sekali … istilahnya teaching by learning ya…?
btw, ayo donk lanjutin tulisan2nya… banyak manfaatnya tuh buat pembaca
Menjadi ortu memang gampang2 susah.
Krn dari lingkungan rmh dan peran ortu sangat besar pengaruhe thd perkembangan jiwa si anak.
Kita harus slalu berusaha tuk menjadi ortu yg bijaksana dgn berusaha menerapkan apa prnah sy publish bbrp waktu lalu dgn judul
“CoPeTe CeLaAn HuHa ”
sangat baik utk di terapkan, paling tidak kita punya pedoman untuk melangkah ke arah itu.
krn tingkahlaku si anak adlh cerminan dri sifat ke dua ortunya.
Terimakasih
Tetap Semangat
Sukses Selalu
Wassalam
Syaifuddin Hamdani
saya baca tulisan sampeyan itu, bahkan saya kasih komentar.
Makasih mas atas saran-sarannya…
Pengalaman yang sangat berharga dan layak disharing. Terima kasih mas heri. Saya senang membacanya
Kembali kasih Bang….
Benar sekali mas, Orangtua bilang “Apa yang kamu fikirkan, maka itulah yg akan terjadi kelak…” terbukti tuh sekarang
kita melihat buktinya Kang ….. masalahnya bagaimana itu bisa jadi testimoni buat anak
pembelajaran yang baik neeh dari orang tua yang bijak.
Saya pernah denger ada ungkapan bahwa sebenarnya kita terlalu sering memikirkan yg tidak2.
Padahal kalau dijalani tidak semegerikan yg kita bayangkan. Dan parahnya, pikiran sejak awal akan sangat mempengaruhi tindakan yg dilakukan.
Thanx for share
itu sering terjadi mas…banyak ketakutan tak beralasan muncul akibat itu, banyak peluang hilang karena hal itu
saya jadi ingat ayah saya yang pernah bilang “… susah, tapi bukan berarti nggak bisa kan??” .. sampai sekarang kata-kata itu selalu saya ingat kalau2 ada hal yg saya anggap terlalu sulit bahkan mustahil untuk saya lakukan
saya berharap efeknya kepada anak saya juga seperti pada mas Evan itu….
hikz hikz
klo kmr saya sering berantakan klo biz nerima tamu temen2 ngumpul ghitu ampun dech kek kapal pecah ehhehe
kalo jadi bosnya genk ya harus mau begitu mas….hehe….
kalo menyuruh anak zaman sekarang tidak bisa lagi dengan sikap arogan dan sok kuasa. memberi contoh dan bersikap layaknya teman lebih mengena di diri si anak. hal ini juga aku lakukan dengan anak saya yang baru berumur 7 tahun. tapi memang perkembangan anak sekarang beda dengan zaman dulu yang masih ada kultur tradisional nya.
salam hangat serta jabat erat selalu dari tabanan
yahh…jawaban anak memang selalu begitu mas Sugeng
jaman udah beda, katanya
mereka punya “pertempuran”nya sendiri, kita cuma bisa membantu menyiapkan
salam hangat kembali mas, makasih udah mampir…
Habis baca artikel ini selimut q langsung tak lipat pak, malu aq biasane bangun langsung ngacir.
Apa yang kita pikirkan itulah yang akan kita dapatkan. begitu kan pak?
itu memang kekuatan pikiran, sekaligus kelemahannya
tinggal hati-hati memanfaatkan…
dan ingat, selimut harus selalu terlipat, hehe….
Termasuk saat kita berhubungan dengan seseorang, begitu juga mas.Kadang di masa lalu kita pernah tersinggung oleh tindakan atau ucapan sesorang, sampai sekarang kadang masih membekas juga walaupun sebenarnya mungkin dia sudah ngga ingat lagi bahkan dia mungkin sudah berubah.
btw pikiran kita yang membelenggunya dengan cap yang kurang baik.
itu lebih parah lagi mas…..
dendam itu sangat menguras enerji, enerji positif kita pindah ke ybs, tinggal tersisa negatifnya aja membelenggu kita….
[…] berpikir dan bersikap obyektif itu sulit ? Karena yang melakukannya manusia. Punya hati, punya rasa. Coba […]